Sabtu, 19 Oktober 2013

memories...


                                   
                Ditepi pantai, aku berjalan diatas beribu butir pasir putih, merasakan sejuknya tiupan angin yang membawa deburan ombak ke tepi. Selang beberapa langkah, mataku tertuju pada seorang pria yang membuat langkahku terhenti. Tiba-tiba hati ini begitu sesak, dan tanpa sadar bulir-buliran air bening membasahi mataku dan sekejap meluncur dengan mulus di pipi indahku. Aku bertekuk lutut, dan membiarkan deburan ombak membasahi sekujur celana jiens yang kukenakan.Oh tuhan, diakah itu? Aku yakin itu dia.
                Aku mulai mengingat kejadian 2 tahun lalu...Ray. Pria yang dua tahun lalu bersamaku. Menarikku dari keterpurukan dari cinta yang bodoh, dan mengajakku merajut sebuah asa. Sungguh aku tak dapat melukiskan kebahagiaanku saat itu, bersama-sama merajutnya. Namun saat rajutan itu sudah mulai terlihat keindahannya, orang lain mengguntingnya dan rusak. Orang itu mengajak priaku merajut kembali bersamanya, dan meninggalkanku dengan rajutan rusak. Aku mulai bersedih, dan kembali terpuruk. Hancur. Namun, aku tak mau lagi seperti dulu. Bodoh. Aku berprinsip pada sebuah pepatah yang ku buat “life must go on! Hidup harus terus berjalan, jangan hanya terpaku pada satu titik.” Syukurlah, aku bisa bangkit untuk kesekian kali berkat Tuhan, keluarga, sahabat, dan tentunya myself. Namun, tetap saja kenangan itu masih berbekas dan menyisahkan kepedihan begitu amat dalam. Akupun berhenti memikirkannya, aku segera menghapus air mataku. Dan mulai bangkit. Aku kaget saat mendapati Ray telah berdiri di hadapanku dengan jarak 5 langkah. Aku hanya terdiam dan mematung. Dia menatapku seraya tersenyum, lalu pergi bersama seorang gadis cantik nan model yang digandengnya. Meninggalkanku yang masih mematung.Terlihat, jauh disana, matahari sudah mulai menenggelamkan sosok indahnya. Aku tak mau melewatkannya. Akupun duduk dipinggir pantai menikmati romantisnya suasana sunset. Namun, aku kembali melamunkan Ray. Ralat. Maksudku gadis yang digandengnya. Aku menerka-nerka. Apa gadis itu pacar baru Ray? Ah, pertanyaan yang bodoh. Tentu saja! Tapi, apa segitu gampangnya Ray melupakan kenangan ku bersamanya. Dilihat dari raut wajahnya, seperti tak ada rasa bersalahnya terhadapku. Ah sudahlah, aku tak ingin meneruskannya lagi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar